San Diego: Polusi udara menjadi penyebab atas satu dari lima kematian bayi di sub-Sahara Afrika. Demikian menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Stanford University dan University of California, San Diego pekan ini.
Tim peneliti melihat data sepanjang lebih dari 15 tahun di wilayah sub-Sahara Afrika. Tim ini menemukan bahwa partikulat berkontribusi terhadap 20 persen kematian bayi.
Materi partikulat adalah campuran partikel kecil dan tetesan cairan di udara yang sekali terhirup dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan paru-paru.
"Banyak negara kaya baru-baru ini menggunakan undang-undang untuk membersihkan udara mereka," kata Marshall Burke, asisten profesor ilmu sistem Bumi di School of Earth, Energy & Environmental Sciences di Stanford, seperti disitat UPI, Kamis 28 Juni 2018.
"Kami menemukan bahwa jika negara-negara di Afrika dapat mencapai pengurangan dalam paparan partikulat yang mirip dengan negara-negara kaya, manfaat untuk kesehatan bayi bisa lebih besar dari hampir semua intervensi kesehatan yang saat ini digunakan, seperti vaksinasi atau suplemen makanan dan air," tuturnya.
Para peneliti mengatakan, bahkan penurunan kecil dalam jumlahpartikulat di udara dapat menyebabkan penurunan angka kematian bayi yang substansial.
"Kami sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang manfaat besar peningkatan kualitas udara untuk kesehatan bayi," kata Sam Heft-Neal, peneliti di Stanford's Center on Food Security and the Environment.
"Selanjutnya kita perlu menetapkan bagaimana peningkatan ini dapat dicapai," tambahnya.
Tahun lalu, sebuah studi oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menemukan bahwa polusi udara bertanggung jawab atas lebih banyak kematian di wilayah sub-Sahara Afrika daripada kekurangan gizi atau air kotor.
(WAH)
No comments:
Post a Comment