Jakarta: Demi meningkatkan posisi neraca perdagangan yang masih defisit USD1,03 miliar, Pemerintah Indonesia terus menerus meningkatkan kinerja ekspornya terhadap Amerika Serikat (AS). Pemerintah kini mencoba meningkatkan lebih tinggi hubungan kerja sama perdagangan dengan AS. Kerja sama yang dilakukan dalam semua sektor.
"Pemerintah RI dan AS saat ini sedang membahas untuk meningkatkan kerja sama perdagangan. Pemerintah RI diwakili langsung oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Kerja sama bisa dilakukan untuk semua sektor," ucap Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan kepada Medcom.id, Selasa, 24 Juli 2018.
Namun demikian, Oke belum bisa menyebutkan hasil detail pertemuan Menteri Enggartiasto dengan pemerintahan Amerika Serikat terkait peningkatan kerja sama perdagangan. "Hasilnya nanti, pada saat pak Menteri Enggar kembali dari AS," ungkap dia.
Pada Senin, 9 Juli 2018, Oke telah menyatakan, perang dagang antara AS dan Tiongkok bisa memberikan dampak ke Indonesia. Meski begitu, pemerintah pastinya mempunyai langkah khusus yang akan dilakukan.
Selain itu, dia menyebutkan, pemerintah juga sudah memiliki hitung-hitungan khusus akibat adanya perang dagang AS dan Tiongkok. "Pemerintah yang pasti punya pemikiran untuk jangka pendek dan jangka panjang. Apa langkah yang akan kita lakukan, apa yang akan terjadi bila hal itu benar terjadi. Pokoknya semuanya telah diperhitungkan dengan matang-matang," tutur Oke.
Belum lama ini, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution telah menyebutkan, demi menghadapi kondisi perang dagang AS dengan Tiongkok, Indonesia harus bisa menjaga posisi neraca perdagangan yang kini masih defisit sebesar USD1,03 miliar.
"Total defisit neraca perdagangan kita tidak terlalu besar USD1,03 miliar. Tapi kalau dilihat dari migas saja defisit USD5,4 miliar. Non migas surplus USD4,4 miliar. Maka itu yang harus kita atasi," ucap Darmin.
Demi mengatasi defisit, bilang dia, pemerintah sudah mempercepat realisasi kebijakan B20 untuk bio diesel. Ketika kebijakan itu terlaksana dengan baik, maka Indonesia bisa menghemat devisa lewat penurunan impor migas. Pada akhirnya, bisa menambal defisit neraca perdagangan.
Walaupun begitu, dia mengaku, kebijakan B20 tidak bisa berjalan dalam beberapa bulan ke depan. Setidaknya perlu waktu setengah tahun, agar kebijakan itu bisa terlaksana dengan baik. "Enam bulan ke depan, kalau ini bisa berjalan penuh B20 atau 90 persen saja, maka membuat neraca perdagangan migas kita bisa surplus," ucap dia.
(SAW)
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/MkMnLzDK-kemendag-indonesia-tingkatkan-kerja-sama-perdagangan-dengan-as
No comments:
Post a Comment