Illustrasi. MI/Atet Dwi Pramadia.
Jakarta: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pinjaman Indonesia dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) masih terbilang kecil. Sebagai salah satu anggota AIIB, pinjaman Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan India.
"Karena setelah AIIB berdiri beberapa tahun, portofolio pinjaman AIIB ke Indonesia jumlahnya masih relatif kecil. Setelah kami pelajari dibandingkan dengan India misalnya yang jumlahnya relatif lebih besar," kata dia di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Agustus 2018.
Dirinya menambahkan, kecilnya pinjaman dari AIIB disebabkan oleh kesiapan Indonesia dalam menawarkan proyek yang sesuai. Selain itu lembaga yang baru berdiri pada 2016 lalu ini memang belum banyak mengeksplorasi potensi berbagai proyek yang dibangun di Indonesia.
Bambang menceritakan ketika AIIB didirikan India sudah lebih dulu memiliki daftar proyek yang akan dibiayai oleh lembaga yang didirikan Tiongkok itu. Sementara Indonesia belum memiliki daftar proyek yang ditawarkan kepada AIIB.
"Kita memang mungkin terlambat dari penyiapan dan juga kadang-kadang banyak juga yang masih ragu-ragu apakah ini swasta, apakah ini mau pakai APBN, apakah mau pakai pinjaman," jelas dia.
Untuk itu pemerintah akan menyiapkan daftar proyek infrastruktur yang bisa dibiayai oleh AIIB. Tak hanya pembiayaan langsung, tetapi AIIB juga bisa melakukan pembiayaan melalui swasta dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Pembiayaan Investasi Non-Anggaran (PINA) pemerintah.
"Nah kita sekarang kita pastikan harus punya list yang cukup, kita sampaikan ke AIIB. Selama potensinya masih ada kenapa tidak, karena toh cost pinjaman dari AIIB ini kan lumayan rendah dari pada cost yang ada di market," pungkasnya.
(SAW)
No comments:
Post a Comment